Sebuah Terima Kasih Untuk Perjalanan di Sumba

By Wulandari Robyanti - October 30, 2019

Kalau temen-temen memperhatikan kiriman-kiriman di sosial media satu sampai dua tahun ke belakang, salah satu destinasi Indonesia yang lagi populer adalah Pulau Sumba. Beruntungnya gue merupakan salah satu di antaranya, yang berkesempatan untuk ngunjungin Sumba satu tahun lalu. Pengalaman dan cerita ini udah lama terjadi, tapi akan tetap gue inget dan menjadi salah satu pengalaman yang paling banyak gue ucapin “terima kasih!”.

Air Terjun Tanggedu, melewati savana dan perbukitan, sumba timur, perjalanan menuju air terjun tanggedu
Savana yang gue idam-idamkan sejak 2014!


Awal mula perjalanan ke Sumba

Setelah berlayar dari Labuan Bajo ke Lombok, gue pengen melanjutkan trip ke destinasi impian gue, yaitu Sumba. Kendalanya ada beberapa.
Pertama, gue masih belum ngerti gimana caranya ke Sumba, di sana transportasinya gimana, dan sebagainya. Dulu gue pikir ya mungkin “tinggal” riset di internet, atau yaa "go show" aja.
Kedua, gue belum punya temen barengan.
Poin kedua ini yang susah, enggak gampang cari orang yang available buat nemenin kita traveling. Akhirnya, gue beneran ke Sumba gak bareng siapa-siapa..
Baru kali ini gue ngerasain yang namanya so-called "solo traveling". Gue pikir gue bakal banyak jalan sendiri di Sumba, yang udah gue rencanakan dengan kesotoyan gue. Ternyata, malah gue cuma sendiri ketika pergi dan pulang aja. Selebihnya, justru banyak teman dan keluarga baru yang gue temukan di pulau ini.

Pantai di Sumba timur

Gak kebayang sama sekali bakal ketemu teman-teman baru seperti mereka, kakak-kakak yang super seru. Ini berawal dari gak sengaja ketemu orang baik di Walakiri yang ngajak ikut trip yang dia punya!

Sebelumnya, gue udah riset berbagai cara ke Sumba dari Lombok, yang sebenernya agak riskan karena beberapa kali ganti tranportasi darat dan keberangkatan kapal yang digunakan untuk menyebrangi laut untuk sampai di Sumba juga bergantung pada kondisi cuaca. Bisa jadi, gue harus nunggu satu-dua hari atau lebih untuk bisa nyebrang. Jujur lumayan khawatir sih gue, apalagi cuma sendirian.

Akhirnya, gue ke Sumba dengan naik pesawat dari Bali. Bukan cuma karena khawatir jika menempuh perjalanan darat, melainkan karena ada teman yang tinggal di Sumba dan bersedia menemani gue untuk eksplor Sumba Timur, tapi cuma di hari Sabtu-Minggu. Gue tiba di Lombok hari Kamis, jadi satu-satunya cara untuk sampai di Sumba di hari sebelum Sabtu adalah dengan naik pesawat.

Kampung Tarung, Kampung Adat di Sumba, sumba barat, waikabubak
Diajak keliling kampung bersama mama-mama di Kampung Tarung.


Kalau udah niat, ada aja jalannya! 


Mungkin ada benarnya orang bilang kalau udah niat ya ada aja jalannya. Awal mula kenapa gue berani ke Sumba walaupun sendiri dan kenapa bisa ada teman di Sumba adalah karena koneksi  dari temen gue. Sebelum trip ke NTT ini dimulai, kebetulan gue ketemu sama temen yang menghubungkan gue dengan beberapa temannya di Sumba. Jujur gue bersyukur banget sih, walaupun yang jelas bisa menemani gue di Sumba baru satu orang dan hanya di weekend. Selebihnya, gue enggak tau bakal gimana, gue cuma yakin aja dan tetap berangkat.

Di Sumba ini, gue ketemu banyak banget teman baru dan orang-orang baik. Gue tinggal bersama penduduk lokal yang sangat welcome. Ketemu secara enggak sengaja dengan beberapa orang yang gue tau di Instagram dan punya trip organizer, bahkan dipersilahkan untuk ikut tripnya di Sumba Barat, diperkenalkan dengan teman-temannya yang baik, dan dipertemukan dengan peserta tripnya yang seru-seru.

Hari pertama di Sumba

Oh iya, jadi sebelum ke Sumba, gue udah mencari penduduk lokal yang bersedia menjadi host gue melalui sebuah aplikasi bernama Couchsurfing. Host gue di Sumba Timur adalah seorang guru. Sebelum ke rumah beliau, gue diminta untuk ke sekolah tempatnya mengajar terlebih dahulu. Di sana bertemu dengan murid-muridnya yang asik-asik dan ramah-ramah.

Anak Sumba, Remaja Sumba, Masyarakat Sumba, sumba timur
Kita langsung follow-followan Instagram habis ini :D

Gue masih ingat siang itu gue dicarikan sewa motor oleh host gue, beliau menghubungi kerabatnya yang biasa menyewakan motor. Sorenya, gue pergi ke salah satu destinasi terdekat dari Waingapu, yaitu Pantai Walakiri yang terkenal dengan Dancing Tree-nya. Di sinilah awal dari kebetulan-kebetulan baik yang menyelamatkan nasib gue di Sumba.

Dancing tree, pantai walakiri, sumba, pantai di sumba timur, sumba timur
The famous dancing tree!

Gue datang ke pantai tersebut dari pukul empat sore, maunya sampe matahari terbenam. Sambil duduk di warung indomie, gue nunggu sampe langit berubah warna menjadi kemerahan, gue merapat lagi ke pantai dan sibuk motret dancing tree dengan latar langitnya yang cantik. Tapi gue greget, sebagus ini kok engga ada foto guenya. Masih belom puas, gue lihat ada rombongan trip beserta fotografernya yang pro banget ambil angle foto, tau spot foto yang bagus di mana. Karena gue gak mau melewatkan moment, gue memberanikan diri untuk jb-jb ketika clientnya sudah selesai foto. "Permisi bang, maaf, boleh minta tolong fotoin gak ya.. Hehe" Kira-kira tampang itu yang gue pasang ke abangnya. Doi nengok, diem sebentar ngeliatin gue, dan bilang "boleh". Singkat cerita, ternyata dia adalah temannya temen gue..  Dari sini, gue jadi dikasih opsi kalau mau ke Sumba Barat, bisa ikut tripnya yang akan dimulai 4 hari setelah hari itu, dan gue emang belum beli tiket pulang jadi belum ada patokan harus pulang kapan dari Sumba.. ini tuh "such a blessed coincidence" banget gak sih?!?!
-
Air terjun keren di Sumba Timur
Air Terjun Tanggedu


Hari kedua di Sumba

Gue pergi ke Air Terjun Tanggedu. Air terjun yang keren banget. "Komplek" air terjun ini besar dan luas, airnya deras, jernih banget karena sedang musim kemarau, banyak kolam-kolam kecil terbentuk. Tapi, perjalanan ke sini jauh banget. Jalanan sedang diperbaiki, jadi agak sulit. Harus naik motor untuk sampai ke titik "entrance", dan kita masih harus jalan sekitar 45 menit melewati savana dan bukit-bukit, serta medan yang naik turun.

Savana di sumba, jalan raya sumba timur
Ini jalan raya di Sumba Timur, perjalanan menuju ke Air Terjun Tanggedu 

perjalanan menuju air terjun tanggedu, savana, sumba
Savana yang gue lewati di jalur tracking ke air terjun
Sepulang dari air terjun, kita kembali ke Waingapu dan menuju Bukit Tenau.

Sunset di Sumba Timur
Sunset at Bukit Tenau


Hari ketiga di Sumba

Sebelum gue ke Sumba, gue iseng nanya ke salah satu "mutualan" gue di Instagram, yang sebenernya gue gak kenal juga, yang gue pun engga sadar dari kapan kita follow-followan. Gue nanya kemungkinan untuk solo traveling dari Sumba Timur ke Sumba Barat. Tapi, respon yang gue dapet bukan berupa dukungan untuk gue explore Sumba sendirian, "Bisa tapi percuma. Hampir semua orang di Sumba pake tour", begitu katanya.
Karena gue saat itu agak kecewa, gak gue bales lagi replynya yang menanyakan "Emangnya kapan mau ke Sumba?".
Sampai akhirnya.. di hari kedua gue di Sumba Timur, gue lagi enggak kemana-mana, cuma di rumah doang karena abis kecapean dari Air Terjun Tanggedu. Gue buka lagi DM tersebut setelah berminggu-minggu kemudian, gue baru bales "Udah di Sumba, bang. Hahaha". Guess what? Sekitar setengah jam kemudian, dia nyamperin ke rumah host gue! Sungguh random abis. Siang-siang lagi gak ada kerjaan, disamperin orang yang cuma gue tau dari Instagram, lalu sorenya kita pergi ke Wairinding.

My fav potrait! Taken at Wairinding Hill


Karena kebaikan mereka

Hari-hari selanjutnya di Sumba diisi dengan jalan-jalan ke berbagai destinasi baik di timur ataupun barat, dan tentunya gue gak sendirian.
Banyak wishlist gue yang kesampean di Sumba, semua itu berkat bantuan teman-teman yang bahkan gue baru kenal saat di sana. Much much thanks, kalau bukan karena kebaikan mereka, gue gak bakal bisa sampe ke Air Terjun Tanggedu yang keren banget tapi super jauh, gak bakal foto-foto kece di Wairinding, gak bakal ke Waimarang air terjun dengan kolam yang cantik banget--(dan seru banget karena bisa loncat-loncat dari atas dan gak ada siapa-siapa selain kita serta bocah-bocah penduduk di sana!!), gak bakal ke Tana Rara yang walaupun panas tapi ditemani obrolan yang menyenangkan, gak bakal diajak ke Sumba Barat dan ngunjungin banyak destinasi lainnya dengan akses yang sulit dan jauh, dan tentunya ketemu temen-temen peserta trip yang seru-seru.

SUmba Timur TAna rara
I can call it as a "dream come true"..

Kalau saat itu gue gak berani minta tolong fotoin di Walakiri, gue gak tau sih gue bisa sampe Sumba Barat atau enggak, cerita ini bakal seseru itu atau enggak. Kalau gue gak gengsi ngechat orang di Instagram, gue juga gak bakal punya temen yang bisa nemenin di Sumba Timur. Kalau gue gak discuss sama temen di coffee shop di Depok, gue mungkin gak berani ke Sumba sendirian dan gue gak kenal siapapun sebelum datang ke Sumba. Rasanya terlalu abai kalau gue masih menyebut ini sebagai kebetulan. Entahlah, tapi yang jelas gue sadar kalau "opportunity is there for those who wants to knock the door".

Pengalaman MENCARI host di Couchsurfing, tinggal di couchsurfing, tinggal dengan orang lokal
Keluarga di Sumba Timur

Mencari host via Couchsurfing

Di Sumba juga, gue menemukan keluarga baru yang sangat baik untuk turis pendatang seperti gue, mereka adalah orang lokal Sumba yang menjadi host gue via aplikasi Couchsurfing. Awalnya sempet ragu, mikirin soal keamanan, kenyamanan, apakah gue diterima dengan baik atau tidak, dsb. Lucunya, di Sumba Timur dari yang cuma berencana tinggal 3 hari, jadi 5 hari. Terharu dan sedih ketika gue ninggalin rumah Pak Oskar, gue ngerasa bersyukur dipertemukan dengan keluarganya. Kita banyak bicara mengenai adat dan budaya Sumba, keberagaman, dan toleransi bersama Pak Oskar dan istrinya. What an insightful days while living with them.

Pengalaman mencari host di Couchsurfing, tinggal di couchsurfing, tinggal dengan orang lokal

Di Sumba Barat juga gak kalah seru, host gue adalah orang Jakarta yang kerja di Sumba, yang ternyata kita satu almamater, namanya Kak Lipes. Kak Lipes ngekos di rumah mama dan bapak, begitu anak-anak kos--dan gue memanggil beliau-beliau. Gue dianterin ke Kampung Tarung oleh Bapak, mau nemuin temen gue yang lagi di sana. Dengerin cerita-cerita seru dari si Mama, sayang tinggal di rumah beliau cuma singkat. Padahal masih banyak cerita yang belum selesai dari obrolan kami, Mama kalau cerita seru sekali dan orangnya sangat welcome.

Setelah dari rumah Mama, gue dijemput untuk ikut trip. Itu sebuah open trip, yang turned out gue jadi ikut walaupun cuma di barat aja, karena di timur gue udah explore dan gue harus segera pulang ke rumah karena satu dan lain hal. Sedih rasanya ninggalin Sumba, banyak perasaan emosional saat pesawat gue take off menuju Bali. Gak kerasa juga gue dari Labuan Bajo ke Sumba, gue jalan-jalan sekitar dua minggu lamanya. Mungkin kalau saat itu gue bisa stay lebih lama, gue pasti akan extend dan eksplor daerah lain. 

Okay, to wrap this story, wanna share the rest of the photos I have.
-

Sumba Barat, Sumba Barat Daya
Pantai Mandorak


Sumba Timur, bukit sumba timur
Can you see the hills far there?

kampung adat di sumba
Kampung Adat Ratenggaro

savana sumba timur
Savana Purukambera.
Ini foto diambil oleh temen gue yang juuga gue kenal dari IG, yang justru ketemunya engga sengaja di Sumba. Sumba terasa sempit banget!



Anyway, a slight information you may want to know:

Jalan-jalan di Sumba, lebih baik backpacking sendiri atau ikut trip organizer? 

Kalau teman-teman ada yang mau ke Sumba, mungkin beberapa poin ini bisa diperhatikan:
1. Backpacking tanpa tour organizer di Sumba merupakan suatu hal yang memungkinkan kalau kamu punya teman/orang lokal yang mengantar kamu selama di sana.
2. Kalau kamu traveling sendirian, Sumba Timur masih oke untuk di-explore sendiri. Jalanan mudah ditempuh dan cenderung lurus-lurus aja, serta cakupan sinyal internet yang masih cukup bagus. Kecuali jalanan menuju Waimarang yang sulit ditemukan via gmaps, serta Air Terjun Tanggedu yang gak ada sinyal sama sekali.
3. Objek wisata di Sumba Barat bisa dibilang saling berjauhan, sinyal internet sulit bahkan tidak ada di beberapa tempat.
4. Di Sumba Timur memungkinkan untuk sewa motor, pakai gmaps, dan/atau nanya-nanya ke orang lokal (walaupun jatak antar perkampungan saling berjauhan, karena kebanyakan yang ditemui adalah perbukitan di kana kiri disertai jalanan kosong), tapi di Sumba Barat menurutku agak riskan. Bisa sewa mobil + local driver dan arrange trip sendiri.
5. Kalau mau aman, nyaman, dan terjamin semua akomodasi, transportasi, makan minum, serta mau dapet foto-foto dengan angle yang oke dan instagramable, lebih baik menggunakan jasa tour organizer. Tour organizer yang gue rekomendasikan adalah @sumba_trip, pionir open trip di Sumba! Local guide-nya asik dan seru-seru semua, fasilitasnya oke, dan pastinya foto-foto kalian bakal bagus-baguuuus! Mostly foto-foto yang gue upload di kiriman ini juga difotoin oleh teman-teman @sumba_trip.

Pantai Sumba Barat Daya
Pantai Bawana. Definitely, my favorite place to watch the sunset in Sumba!

Recap trip Sumba gue kurang lebih segitu dulu. Atas semua kebaikan yang gue terima di pulau ini, pertemanan yang terjalin, juga rasa kekeluargaan yang terbangun, gue berharap semoga perjalanan ini selalu mengingatkan gue agar enggak pernah ragu untuk berbuat baik ke sesama, karena kita gak pernah tau bantuan sekecil apapun bisa berdampak besar ke mereka yang kita bantu.

Every good wish,
@wulandarirobyanti

  • Share:

You Might Also Like

4 comments